Mencampur handuk dan seprai dalam satu mesin terdengar praktis, tapi sebenarnya merugikan kebersihan dan usia kain.
- Alasan hygiene: Handuk cepat lembap dan jadi “magnet” kuman—bakteri kulit (mis. Staphylococcus aureus), sisa feses, virus penyebab kutil, hingga jamur kaki/kurap bisa menumpuk setelah beberapa kali pakai. Kalau dicuci bareng seprai, risiko perpindahan mikroorganisme ke kain tidur meningkat. Idealnya handuk dicuci sendiri dan lebih sering (setiap 3–5 kali pakai).
- Perbedaan kebutuhan cuci: Untuk menurunkan kontaminasi, handuk lebih cocok ke air hangat–panas (atau tambahkan pemutih sesuai label). Standar kesehatan lingkungan menyebut air panas efektif membunuh mikroorganisme; klorin aktif di suhu tertentu. Seprai biasanya cukup hangat agar seratnya tidak cepat aus.
- Tekstur & daya serap lebih awet: Handuk berat dan abrasif, sedangkan seprai lebih ringan. Mencampur keduanya membuat cucian tidak merata, serat seprai lebih cepat berbulu/pilling, dan larma handuk menempel ke seprai. Ahli perawatan kain juga menyarankan memisahkan bahan yang menghasilkan larma dari kain yang mudah berbulu.
- Pengeringan lebih efisien: Handuk butuh waktu kering lebih lama; dicampur seprai hasilnya sering tidak rata—ada bagian masih lembap (rawan bau), sementara seprai bisa “over-dry” dan seratnya cepat rapuh. Bersihkan saringan larma setiap kali mengeringkan untuk menjaga aliran udara.
Cara yang dianjurkan
- Cuci handuk terpisah dari seprai.
- Handuk: air hangat/panas sesuai label, tanpa fabric softener (mengurangi daya serap), pertimbangkan oksigen/klorin bleach jika aman untuk warna/kain. Keringkan tuntas.
- Seprai: air hangat; jangan padatkan muatan mesin agar bilas bersih dan serat tidak cepat rusak.
- Ritme: seprai mingguan, handuk tiap 3–5 kali pakai.
Singkatnya: pisahkan handuk dan seprai. Lebih higienis, lebih awet, dan hasil cuci serta keringnya lebih konsisten.
Leave a Comment